Entah sejak kapan aku mulai tertarik menulis cerita. Mungkin sejak aku berada di Sekolah Dasar. Entahlah, aku tak tahu. Awalnya, aku hanya senang menulis cerita dongeng saja. Seperti dongeng Puteri Salju, misalnya.
Mungkin awalnya aku sedang merasa bosan sampai akhirnya memilih menulis. Mengapa menulis? Aku juga tak tahu. Dengan bantuan sebatang pensil dan selembar kertas, tangan ini mulai merangkai huruf demi huruf hingga menjadi sebuah kalimat. Dan kalimat itu kusambungkan dengan kalimat lain yang akhirnya menjadi sebuah cerita.
Awalnya mungkin hanya sebuah cerita dongeng saja. Puteri Salju, Teletubies, Puteri Tidur, dan lainnya. Tapi, semakin lama aku semakin besar. Dan aku menginginkan yang lain dari cerita dongeng.
Aku mencoba menulis diary. Tapi tak berapa lama, aku bosan juga. Dan kegiatan ini tak pernah lagi kulakukan sampai sekarang. Aku beralih ke kegiatan melukis. Anak-anak yang tinggal di Gang-ku senang melukis dan suatu hari merencanakan mengadakan pameran kecil-kecilan yang menampilkan karya anak-anak di Gang Melati ini.
Aku mulai mencoba menggambar, entah itu gambar bunga, rumah, awan, matahari, apa saja. Tapi tetap saja hasilnya tak sebagus karya teman-temanku yang sudah jago menggambar. Hm, sepertinya aku memang tak berbakat di bidang gambar-menggambar. Walaupun begitu, pameran tetap dilaksanakan dan banyak anak-anak dari Gang lain yang turut datang melihat karya-karya kami.
Ketika kelas 6 Sekolah Dasar, keluargaku memutuskan untuk pindah ke Jakarta . Aku dan adikku didaftarkan ke sebuah sekolah yang letaknya tak jauh dari rumahku. Sekolah Dasar Swasta Widuri namanya.
Mungkin sejak saat itu aku mulai menulis cerita. Entah sudah berapa banyak cerita yang aku tulis sampai sekarang. Tapi hanya ada beberapa cerita saja yang berhasil kuselesaikan. Banyak yang berhenti di tengah konflik karena aku sudah tak berminat lagi.
Suatu hari, aku mendapat tawaran untuk membuat cerita pendek untuk sebuah majalah. Awalnya aku bingung ingin membuat cerita seperti apa. Kemudian aku dapat ide dari ayahku.
“Kamu buat cerita tentang perjalanan kamu aja. Entah yang naik mobil, naik kereta, atau naik pesawat. Kan ini majalah travel. Kamu tau arti travel kan ?” aku mengangguk menyetujui.
Setelah berpikir cukup lama di depan computer, aku memutuskan untuk membuat cerita tentang perjalanan pertamaku naik pesawat. Begitu cerita itu selesai, aku langsung mengirimnya ke majalah tersebut via e-mail.
Dan beberapa minggu kemudian, aku mendapat sebuah majalah. Saat aku membuka bagian cerita pendek, disitu terdapat ceritaku.
Wah, senang rasanya karyaku dapat terbit di majalah. Bundaku yang ikut membaca cerita itu langsung menggoda,”Ciee, yang mau jadi penulis!” aku hanya tersenyum malu-malu. Dan didalam hati aku berkata,”I want to be an author!”
Aku kembali menatap karyaku itu sambil berkhayal,”Mungkin saja suatu hari nanti karya-karyaku akan terus dibaca orang dan namaku akan terus diingat sebagai penulis terbaik!” Saat itu aku merasa ada sebuah semangat baru. Aku segera berlari kearah computer, dan segera mengetik ide cerita yang baru saja terbesit di kepalaku. Aku memang ingin menjadi seorang penulis!