13.53
“Sebentar, sebentar. Aduh, hm… Sayang, nanti aku telepon lagi, ya. Lagi
ribet banget di sini. Daah! I love you.“ Belum sempat aku merespon, sudah kau
matikan sambungan telepon kita.
Aku menghela napas. Mencoba mengerti. Tapi, sudah berapa kali kau begini? Semenjak
kuliahmu dimulai, aku bukan lagi prioritasmu nomor satu. Tapi dari dulu kamu memang
begini, dan aku menerimanya. Dulu.
Dulu kita satu sekolah. Kesibukanmu, sudah pasti kudapat juga. Sekarang?
Entahlah. Kuliahku saja belum mulai.
“Mengertilah. Nanti kamu juga akan merasakannya.“ Katamu, suatu hari.
Percayalah, aku berusaha mengerti kesibukanmu. Aku berusaha, tapi apa daya?
Sudah lama aku tidak mendengar suaramu. Kalaupun kamu berhasil kutelepon,
jawabanmu selalu seperti tadi. Belum sempat aku bicara, sudah kau putus
sambungannya. Percayalah, aku benar-benar berusaha mengertimu.
16.24
Akhirnya kukirimkan sebuah pesan singkat untukmu. Sekadar menyapa, dan
mengingatkan untuk makan. Kamu selalu lupa makan. Kadang tidak mau sama sekali.
Bersamaku setiap hari saja, kau sudah begitu? Bagaimana di sana? Aku
mengkhawatirkanmu, Sayang.
Sudah tiga puluh menit berlalu, namun tak kunjung jua kudapat balasan pesan
darimu. Bosan, kutinggalkan ponselku di kamar, dan beranjak untuk menonton film seri di luar. Movie marathon.
20.55
Aku baru saja selesai menonton. Teringat akan dirimu, kulihat ponselku di
kamar. Ada beberapa pesan masuk, dan semuanya dari temanku. Mengajak pergi
menonton film baru di bioskop, besok. Ah, bukankah besok hari Sabtu? Aku
teringat janjimu mengajakku video call
setiap malam Minggu.
“Walaupun jauh, kita masih bisa malam Mingguan bareng, kan? Seperti yang
biasa kita lakukan di atas atap rumahmu. Hanya saja, sekarang lewat sini. Yang
penting aku masih bersamamu, kan?“ Kata-katamu manis sekali saat itu.
Besok, adalah malam Minggu pertama, semenjak kuliahmu dimulai. Apakah kamu
masih ingat janjimu waktu itu?
Aku menghela napas. Ajakan menonton itu cukup menggiurkan, tapi aku
merindukanmu. Berharap ini adalah keputusan yang tepat, aku menolak ajakan
mereka. Kamu prioritasku nomor satu, tentu saja.
23.17
Aku mengantuk. Tapi pesanmu tak juga datang ke ponselku. Ah, kemana dirimu?
Apakah kamu sudah makan? Apa yang sedang kamu lakukan, sampai menyita waktu
selama ini? Sudah malam, Sayang. Apa kamu mendapat cukup istirahat? Ah, aku
sangat mengkhawatirkanmu.
Tiba-tiba, ponselku berbunyi. Satu pesan, darimu. “Iya, aku udah makan,
kok.“ Bunyinya.
Ah, syukurlah. Sedikit lega, akupun memejamkan mata.
Dan, tersenyum.
No comments:
Post a Comment