Wednesday, July 3, 2013

Apa Kabar?


13.53
“Sebentar, sebentar. Aduh, hm… Sayang, nanti aku telepon lagi, ya. Lagi ribet banget di sini. Daah! I love you.“ Belum sempat aku merespon, sudah kau matikan sambungan telepon kita.
Aku menghela napas. Mencoba mengerti. Tapi, sudah berapa kali kau begini? Semenjak kuliahmu dimulai, aku bukan lagi prioritasmu nomor satu. Tapi dari dulu kamu memang begini, dan aku menerimanya. Dulu.
Dulu kita satu sekolah. Kesibukanmu, sudah pasti kudapat juga. Sekarang? Entahlah. Kuliahku saja belum mulai.
“Mengertilah. Nanti kamu juga akan merasakannya.“ Katamu, suatu hari.
Percayalah, aku berusaha mengerti kesibukanmu. Aku berusaha, tapi apa daya? Sudah lama aku tidak mendengar suaramu. Kalaupun kamu berhasil kutelepon, jawabanmu selalu seperti tadi. Belum sempat aku bicara, sudah kau putus sambungannya. Percayalah, aku benar-benar berusaha mengertimu.

16.24
Akhirnya kukirimkan sebuah pesan singkat untukmu. Sekadar menyapa, dan mengingatkan untuk makan. Kamu selalu lupa makan. Kadang tidak mau sama sekali. Bersamaku setiap hari saja, kau sudah begitu? Bagaimana di sana? Aku mengkhawatirkanmu, Sayang.
Sudah tiga puluh menit berlalu, namun tak kunjung jua kudapat balasan pesan darimu. Bosan, kutinggalkan ponselku di kamar, dan beranjak untuk menonton film seri di luar. Movie marathon.

20.55
Aku baru saja selesai menonton. Teringat akan dirimu, kulihat ponselku di kamar. Ada beberapa pesan masuk, dan semuanya dari temanku. Mengajak pergi menonton film baru di bioskop, besok. Ah, bukankah besok hari Sabtu? Aku teringat janjimu mengajakku video call setiap malam Minggu.
“Walaupun jauh, kita masih bisa malam Mingguan bareng, kan? Seperti yang biasa kita lakukan di atas atap rumahmu. Hanya saja, sekarang lewat sini. Yang penting aku masih bersamamu, kan?“ Kata-katamu manis sekali saat itu.
Besok, adalah malam Minggu pertama, semenjak kuliahmu dimulai. Apakah kamu masih ingat janjimu waktu itu?
Aku menghela napas. Ajakan menonton itu cukup menggiurkan, tapi aku merindukanmu. Berharap ini adalah keputusan yang tepat, aku menolak ajakan mereka. Kamu prioritasku nomor satu, tentu saja.

23.17
Aku mengantuk. Tapi pesanmu tak juga datang ke ponselku. Ah, kemana dirimu? Apakah kamu sudah makan? Apa yang sedang kamu lakukan, sampai menyita waktu selama ini? Sudah malam, Sayang. Apa kamu mendapat cukup istirahat? Ah, aku sangat mengkhawatirkanmu.
Tiba-tiba, ponselku berbunyi. Satu pesan, darimu. “Iya, aku udah makan, kok.“ Bunyinya.
Ah, syukurlah. Sedikit lega, akupun memejamkan mata. Dan, tersenyum.

No comments:

Post a Comment