***
Esok hari…
Julia memasuki kelasnya dengan tenang. Dia celingukan setelah menyadari baru segelintir orang yang datang. Bahkan Tessa pun belum datang.
Julia menyimpan tasnya di loker sebelum beranjak lagi ke luar kelas, untuk berjalan memutari sekolah dari lantai tiga, tempat kelasnya berada, ke lantai satu, kemudian kembali ke lantai tiga.
Julia berjalan-jalan sambil memandangi wajah setiap orang yang dilewatinya. Padahal, selain Tessa dan teman-teman sekelasnya, Julia tidak mengenal siapa pun. Julia juga melakukan hal yang sama di lantai dua. Dan begitu juga di lantai satu. Sampai akhirnya dia bertemu dengan Tessa yang baru turun dari mobil.
Lantas, Julia tersenyum tipis sebelum akhirnya kembali menekuni perjalanan rutinnya.
Teeettt… Teeettt…
Julia yang sempat melamun sebentar, langsung tersadar dan segera berlari ke kelasnya untuk mengambil topi, dan kembali berlari turun sebelum tangga dipenuhi kerumunan manusia yang ingin apel pagi.
Istirahat…
Julia sedang asyik duduk-duduk sambil melamun di tempatnya, sampai dikagetkan oleh Tessa.
“Julia? Kamu…mau nggak? Kebetulan hari ini aku bawa bekal salad. Kamu mau?” tawar Tessa. Julia melirik sekilas dan dia langsung tergoda.
“Boleh?” tanyanya ragu. Tessa mengangguk mantap walau masih malu-malu dan menyerahkan garpu yang tidak dia pakai ke Julia. Julia dengan segera memakannya.
“Heemm! Enak! Enak banget!” seru Julia senang. Tapi dia masih tidak percaya, seakan berada di alam mimpi.”Ehm! ternyata memang beneran enak! Nggak mimpi!”
Tessa dan beberapa anak yang ada di kelas menatap Julia bingung. Mereka penasaran, apa yang terjadi pada Julia yang biasanya pendiam, dingin, dan jutek, berubah menjadi periang, suka tertawa, dan tersenyum.
“Oh ya! Makasih ya! Ini enak banget!” seru Julia lagi masih senang.
“Kenapa Julia nggak makan?” tanya Tessa pelan.
“Hah? Kenapa nggak makan? Yaaa, males aja. Bukan lagi diet sih, tapi aku dari dulu memang males makan.”
Setelah itu semua kembali terdiam dan melakukan kegiatan masing-masing, seolah percakapan yang terjadi sesaat tadi itu tidak pernah terjadi.
Esoknya saat istirahat…
“Julia!” panggil Tessa pelan. Julia hanya melirik sebentar kemudian kembali berkutat dengan rumus fisika.
“Ini…aku bawain kamu bekal makan siang. Menunya omelette. Kamu mau?” tawar Tessa.
“Hah? Kamu serius?” seru Julia. Tessa mengangguk sedikit. Kemudian memberikan kotak makan itu ke Julia.
Julia membuka tutupnya dan isinya omelette dan kentang goreng.”Hmm, makasih ya!” Julia langsung makan dengan lahap.
“Iya, sama-sama!”
Julia buru-buru menghabiskan makanannya dan bertanya,”Yang masak ini semua siapa sih?”
“Ini? Ya…aku yang masak. Iseng-iseng aja ngga ada kerjaan. Hehe!” kata Tessa sambil tersenyum.
“Wah! Kamu hebat ya…” balas Julia.
“Makasih! Aku emang hobi masak koq.”
Besoknya terjadi hal yang sama, Tessa membawakan Julia bekal lagi. Dia terus melakukan itu sampai suatu hari, di saat sedang isitrahat pertama, Julia memulai pembicaraan ini dengan Tessa. “Aku nggak enak banget nih sama kamu! Kamu nggak perlu ya besok-besok bawain aku bekal lagi. Selain itu, jangan sampai aku ngerepotin kamu.” Tessa mengangguk-angguk setuju.
Saat dalam perjalanaan pulang, Julia melewti papan buletin di dekat Ruang Perpustakaan, sambil tak acuh membaca sekilas aneka pengumuman yang terpampang di situ. Tiba-tiba matanya menangkap satu bagian yang menarik. Langsung saja dikeluarkannya notes, dan mencatat yang penting-penting. Julia tersenyum senang sambil berlari ke arah parkiran sepeda.
Besok hari…
“Tessa! Tessa!” panggil Julia senang dari depan pintu kelas. Julia sengaja datang agak siangan agar tidak perlu menunggu datangnya Tessa.
“Apa?” tanya Tessa begitu Julia kembali dan duduk di sebelahnya sambil membawa buku notes. Julia membuka notes itu, mencari catatannya kemarin dan menyerahkannya ke Tessa.
“Lomba memasak antar sekolah? Hari sabtu, 24 Januari? Terus…apa hubungannya sama aku?” tanya Tessa bingung. Setelah mendapati wajah Julia yang tersenyum senang, Tessa langsung merengut.”Nggak! Nggak! Aku nggak mau! Enak aja!”
“Ayo dong, Tessa! Ini kan untuk menunjukkan bahwa kamu tuh bisa! Hebat! Ya? Ya?” pinta Julia.
“Nggak ah!” tolak Tessa lagi.
“Yaa, tapi aku sudah mengambil formulir buat kamu. Gimana dong?” Julia mengeluarkan formulir dari saku bajunya.
“Memang kalau sudah ngambil formulir harus ikut ya?”
“Nggak sih. Tapi, buat apa dong formulir ini kalau sudah aku ambil tapi tidak aku pakai? Buat pesawat-pesawatan?” Julia memasang tampang memohon.
“Hhh, baiklah!”
“Oke! Nanti sore kita latihan ya? Kan lombanya tinggal tiga hari lagi! pulang sekolah ke rumah kamu ya?!” seru Julia semangat.
“Ta-tapi, nanti ada acara di rumah aku. Orang tuaku lagi menerima tamu terhormat gitu. Ka-kalau di rumah kamu bisa nggak?”
“Mmm, bisa sih…aku kan tinggal berempat sama ayah, bunda, dan nenek. Kebetulan mereka semua, kalau aku nggak salah ingat, pulang malam. Tapi kalau nggak pun, aku bebas memakai dapur. Gimana?”
“Ngg, oke deh!” Tessa tampak ragu tapi Julia langsung memeluknya senang.
Pulang sekolah…
Julia dan Tessa berboncengan naik sepeda mengayuh dengan semangat ke arah rumah Julia yang memang agak jauh dari sekolah. Butuh waktu dua puluh menit dengan sepeda. Namun, mereka berdua tetap bersemangat.
Benar kata Julia, rumahnya memang kosong! Hanya ada beberapa pembantu yang sedang makan. Setelah bersiap-siap—cuci tangan, memakai celemek—mereka mulai menggunakan bahan-bahan yang ada di kulkas.
Setelah memilah-milah sebentar, akhirnya Tessa memutuskan membuat salad yang pernah dibawakannya untuk Julia di sekolah.
Kurang lebih satu jam Tessa berkutat dengan bahan-bahan makanan dan berbagai macam bumbu di dapur. Sementara itu, Julia asyik main PS di ruang keluarga, karena tugasnya —menata meja makan— sudah selesai sedari tadi.
“Juliaaa! Ini saladnya sudah jadi!” seru Tessa. Julia segera berlari turun dan dengan segera mangambil salad dalam porsi yang sangat banyak.
“Jangan banyak-banyak! Nanti kamu gendut!”
“Makan salad kok gendut! Lagian, kalau gendut juga nggak apa-apa.” Julia sih cuek saja dengan penampilannya.
Mereka mencoba beberapa makanan penutup yang mengasyikkan. Dan akhirnya membuat ice cream ceri. Setelah kenyang berpesta, Tessa pulang. Dan rencananya mereka akan terus berlatih di rumah Julia sampai hari perlombaan tiba.
Dua hari penuh mereka berlatih bersama. Sebenarnya bukan ‘mereka’ tapi Tessa. Julia kan hanya membantu sedikit-sedikit dan itu bukan di bagian masak-memasak. Bisa hancur masakan bila Julia yang menanganinya.
Hari ini, hari pertandingan. Tessa sudah menempati meja yang ada. Bahan-bahan sudah disediakan oleh juri. Pertandingan kali ini jenis masakannya ditentukan oleh juri.
“Semua peserta sudah siaapp??!!” seru sang MC kencang. Para peserta menjawab ‘siap’ dengan sangat amat bersemangat, tidak terkecuali Tessa, yang pendiam. “Pertandingan dimulai pada pukul sembilan dan selesai pukul dua belas! Yang sudah selesai, harap menekan bel di meja masing-masing!” tambah MC itu, makin semangat.
“Juri menentukan kalau kalian harus memasak aneka sup! Bahan-bahannya sudah disediakan dan kalian tinggal membuatnya! Kalian mau memmbuat sup apa, terserah! Yang penting, enak! Hahaha! Kalian semua siap?? Kalau begitu, pertandingan memasak kali ini DIMULAI!!” seru sang MC berkoar-koar.
Tessa membuka kotak bahan makanannya dan mulai meneliti. Setelah berpikir sebentar, Tessa memutuskan untuk membuat cream soup. Tangannya yang sudah terbiasa bekerja, mulai memotong dan mengiris bahan-bahan. Setelah selesai, dia berpindah, mulai memanaskan panci air, sambil menyiapkan bumbu-bumbu.
Julia yang menonton dari tempat paling depan, tetap memasang wajah datar walau hatinya berdegup kencang. Dia berusaha setenang mungkin karena melihat Tessa yang juga amat tenang.
Waktu sudah berjalan satu jam, tapi Tessa belum juga menekan bel. Julia semakin deg-degan.
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas dan Tessa belum juga selesai, membuat Julia semakin gemas.
Pukul sebelas lewat dua puluh menit, tangan Tessa meraih bel dan menekannya. Julia menghela napas lega dan tersenyum senang. Sekarang, Tessa sedang diwawancarai tentang cara pembuatan dan bahan yang dipakai. Julia yang sedikit mendengar hanya tersenyum.
Ternyata, bahan yang dipakai Tessa sangat sederhana. Dia memakai bahan-bahan untuk membuat cream soup seperti biasanya. Hanya saja, kata Tessa, dia menambahkan rasa percaya diri yang ditanamkan sahabat barunya, rasa sayang kepada sahabat barunya, dan rasa percaya kepada sahabat barunya. Dan Tessa bilang, dia juga membuang beberapa bahan, antara lain, rasa malu dan rasa nggak percaya diri.
“Baiklah! Karena sudah jam dua belas dan semua peserta sudah selesai, kita langsung umumkan saja pemenangnya yaa!!” seru sang MC.
“Juara ketiga dulu nih…selamat untuk…Rahmita Sari dari SMPN 888!! Tepuk tangannya doong!!” teriak MC nggak kalah semangat. “Heemm, juara duanya siapa nih yaa?? Oke! Oke! Kasih tepuk tangan dong buat Kokok Dharma Putra dari SMP Jaya Raya!!” MC berseru kencang.
“Duuhh, juara pertamanya siapa yaa?? Deg-degan nihh!! Oke deh! Langsung saja kasih selamat ke…Prita Tessalonika dari SMP Merdeka!!! Yeaahh!! Ayo, mana yang namanya Prita?!”
“Sa! Kamu tuh juara satunya! Selamat yaa!!” seru Julia sambil mendorong pelan Tessa untuk segera naik ke panggung. Setelah menerima hadiah masing-masing, semuanya langsung kembali ke teman dan sahabat mereka. Tapi yang paling penting buat Tessa adalah Julia. Tessa nggak perlu lagi mencari sahabat seperti dulu, karena sekarang sudah ada Julia!
Selagi sibuk mengamati hadiahnya sambil mengobrol dengan Julia, tiba-tiba Tessa dikejutkan oleh tepukan keras di punggungnya. Ternyata Welbi. Di sebelahnya, sambil cengar-cengir Geri mengulurkan tangan, “Selamat yaa… kuper, lo emang super!” Tessa menyambut uluran tangan Geri, juga Welbi, yang terus berteriak lantang, “Kuper…! Super…!” Rupanya ia senang sendiri mendengar istilah temuan pasangannya itu. “Lo juga perlu dikasih selamat Kuper Dua, lo kan manajernya, ya kan ?!” lanjut Welbi sambil mengulurkan tangan kepada Julia. Tapi Julia tidak menyambutnya, bahkan membungkuk mencopot sepatunya. Pasangan bengal-berisik Geri-Welbi agaknya cukup waspada, sebelum sepatu Julia melayang, mereka sudah langsung lari serabutan sambil berteriak-teriak, “Awasss! Duet Kuper ngamuk…!”
Sepatu Julia meluncur tanpa menyentuh sasarannya. Tessa hanya tersenyum tipis, malu-malu. Tapi, ia sungguh bahagia.
Elok R. Sasisuci
No comments:
Post a Comment