Sunday, March 3, 2013

short story - part 3


***
Dua hari telah berlalu setelah aku bertemu cowok yang sangat tampan itu di kafe. Sekarang, aku harus menemani Jess ke mall. Karena dia janji akan mengembalikan CD lagu teman SD-nya yang sudah lama dia pinjam.
Aku dan Jess sudah berada di mall. Kami menunggu teman SD Jess di sebuah  food court. Kami menunggu cukup lama sampai seorang cowok berkacamata, tinggi, putih, mengahampiri kami. Ternyata dia Andre, teman SD Jess yang CD-nya dipinjam Jess selama tiga tahun lebih. Mereka berbincang sebentar. Jess mengembalikan CD itu, Andre menerimanya. Jess bertanya, Andre menjawab. Kadang, Andre bertanya dan Jess menjawab. Oke, mereka mengacuhkanku sekarang, tidak masalah, aku juga tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Semacam komik mungkin, dua-duanya penggemar berat komik dan negeri Sakura.
Akhirnya aku bangkit dan beranjak menuju toilet. Aku sebenarnya tidak tahu mengapa aku ke toilet. Aku hanya merasa kalau aku harus ke toilet sekarang, entah kenapa. Aku hanya berkaca sebentar dan mencuci tangan, kemudian memutuskan kembali.
Ketika aku kembali ke meja Jess, ternyata ada satu teman Andre. Mereka berbincang bertiga, aku memperhatikan dari jauh, melangkah perlahan. Kemudian Andre dan temannya segera pergi, dan Jess langsung menghampiriku yang berdiri tidak jauh dari tempat Jess.
“Andre berubah sekali sejak SD. Dia tampan sekarang.” Jess mulai becerita.
“Tadi teman Andre?” tanyaku. Jess mengangguk.
“Ternyata, mereka juga ada di kafe sewaktu kita janjian dua hari yang lalu. Temannya itu, cowok yang kau bilang tampan.” Aku segera menatap Jess serius. “Maafkan aku, aku tidak sempat menanyakan namanya.” Aku menghela napas panjang. Jess terlihat bersalah tapi hanya sebentar. Kemudian segera bercerita lagi, panjang-lebar, tentang Andre.
Sejak mengetahui cowok yang kutemui di kafe adalah teman Andre yang merupakan teman Jess, aku terus meminta Jess untuk menanyakan namanya. Tapi, Jess sendiri tidak pernah lagi bertemu Andre, bahkan dia lupa menanyakan nomor ponsel cowok pujaan hatinya sekarang. Aku sendiri hanya bisa menghela napas panjang, berusaha tidak kecewa. Namun aku berpikir, kalaupun aku memang jodoh dengannya (Amin!) pasti aku akan bertemu lagi.

***

18 Juni 2010
Aku bersekolah di sebuah yayasan, yang terbagi menjadi dua sekolah. Sekolah putri dan putra. Aku dan Jess berada di sekolah putri. Hari ini adalah ulang tahun yayasan sekolahku. Murid putra boleh masuk sekolah kami, begitu juga sebaliknya. Tidak seperti hari biasa, yang melarang murid putra masuk sekolah putri dan sebaliknya.
Acara ulang tahun yayasan sekolah kami, seperti acara sekolah lainnya. Bazar, band, pentas seni, pertunjukan ekstrakurikuler, penampilan kelas, dan sebagainya.
Aku dan Jess sedang berkeliling di sekolah putra. Kami tidak menjadi panitia apapun, tidak menampilkan apapun, tidak juga mendapat tugas membantu di kelas kami. Dan kami senang karenanya, karena kami bukanlah orang yang mau repot. Aku sedang menghampiri sebuah stand yang menjual lukisan karya murid. Aku memang kolektor lukisan, walaupun aku bukan pelukis. Aku menatap sebuah kanvas yang di atasnya ada tujuh warna pelangi, dengan warna dasar biru muda bersih. Hanya itu. Aku sangat mengagumi lukisan itu. Tidak ragu-ragu aku menanyakan harganya dan segera membelinya.
“Bagus yaa??” tiba-tiba sebuah suara mengagetkanku. Aku segera mengangkat wajahku dari lukisan dan menatap orang yang sudah berdiri di depanku.
Cowok itu, cowok yang kutemui di kafe. Yang sepertinya pernah kutemui sebelumnya. Yang merupakan teman Andre, teman Jess. Melihat wajahnya sedekat ini, membuat jantungku berdegup dua kali, bahkan tiga kali lebih kencang dari biasanya. Aku sempat menahan napas sedetik-dua detik. Aku dapat mencium aroma tubuhnya, sangat wangi. Jarak kami bahkan tidak lebih dari dua meter. Satu meter mungkin.
Dia tersenyum. “Hei...” aku tersentak kaget. “Lukisannya bagus yaa??” ulangnya. Aku bergantian menatap cowok itu dan lukisan, kemudian tersenyum dan mengangguk.
“Kamu pelukis?” tanyanya.
Aku menatapnya, “Sayangnya bukan. Aku bukanlah seorang pelukis, tapi aku hanya seorang kolektor lukisan.”
“Kalau begitu, kau harus membeli lukisanku. Karena aku pelukis.” Dia tersenyum, kemudian tertawa. Aku menatapnya, dan akhirnya tertawa.
Kemudian, kami diam. Tak ada yang memulai pembicaraan. Tiba-tiba aku menangkap sosok Jess sedang berjalan bersama Andre melihat semua stand yang ada. Jess tersenyum bahagia, begitu juga Andre. Sepertinya mereka memulai kisah yang baru.
“Hei, sepertinya kita pernah bertemu,” kata cowok itu tiba-tiba. Aku menatapnya.
“Mm, mungkin. Kau teman Andre, kan?” Cowok itu mengangguk. “Kata Jess, kita pernah bertemu di kafe, tapi aku tidak melihat Andre.” Oke, kenapa aku bicara begitu? Bukankah itu artinya aku mencari tahu tentang cowok itu? Aduuuuhh...
“Ya, berarti kau cewek yang memperhatikanku dan ketika aku tersenyum kepadamu kau hanya memberikan seringai.” Cowok itu tertawa kecil, sedangkan aku menahan malu. “Tidak, maksudku, sebelum itu.” Nah kan?! Apa benar aku sudah pernah bertemu cowok itu sebelum di kafe?
Cowok itu tampak berpikir sebentar kemudian dia tersenyum. “Aku tau! Aku tau!” aku menatapnya penasaran. “Kau... cewek yang menabrakku di acara museum waktu itu, kan?” aku melongo. “Nah, tentu saja! Pantesan, rasanya wajahmu tidak asing lagi.”
Benarkah itu? Dia adalah cowok yang kutabrak di museum? Yang mengacak puncak kepalaku? Dan, cowok yang kutemui di museum adalah cowok yang sama dengan yang kulihat di kafe? Sepertinya memang begitu.
“Sepertinya kau kaget.” Katanya. Aku menatapnya dan tertawa malu
“Ryan...” cowok itu mengulurkan tangannya. Akhirnya aku tau namanya.
Aku tersenyum dan menyambut uluran tangannya, “Debby...”
“Hm, Debby, mau kutunjukkan lukisan buatanku? Mungkin kau tertarik dan berniat membelinya...”
Aku tertawa, tapi segera berkata, “Dengan senang hati..” dan menyusul Ryan yang sudah berjalan mendahuluiku.

***

Selesai! Terima kasih telah membaca salah satu cerpenku. Ini merupakan cerita yang kubuat pada tahun 2010, dan aku sadar masih banyak kekurangan dalam segi penulisan, pengembangan karakter, latar, dan sebagainya, oleh karena itu, kritik dan sarannya sangat di tunggu :) Aku masih belum tahu judulnya apa ._. Ada ide? Terima kasih, sekali lagi :D

No comments:

Post a Comment