Dua
hari telah berlalu setelah aku bertemu cowok yang sangat tampan itu di kafe.
Sekarang, aku harus menemani Jess ke mall.
Karena dia janji akan mengembalikan CD lagu teman SD-nya yang sudah lama dia
pinjam.
Aku
dan Jess sudah berada di mall. Kami
menunggu teman SD Jess di sebuah food court. Kami menunggu cukup lama
sampai seorang cowok berkacamata, tinggi, putih, mengahampiri kami. Ternyata
dia Andre, teman SD Jess yang CD-nya dipinjam Jess selama tiga tahun lebih.
Mereka berbincang sebentar. Jess mengembalikan CD itu, Andre menerimanya. Jess
bertanya, Andre menjawab. Kadang, Andre bertanya dan Jess menjawab. Oke, mereka
mengacuhkanku sekarang, tidak masalah, aku juga tidak mengerti apa yang mereka
bicarakan. Semacam komik mungkin, dua-duanya penggemar berat komik dan negeri
Sakura.
Akhirnya
aku bangkit dan beranjak menuju toilet. Aku sebenarnya tidak tahu mengapa aku
ke toilet. Aku hanya merasa kalau aku harus ke toilet sekarang, entah kenapa.
Aku hanya berkaca sebentar dan mencuci tangan, kemudian memutuskan kembali.
Ketika
aku kembali ke meja Jess, ternyata ada satu teman Andre. Mereka berbincang
bertiga, aku memperhatikan dari jauh, melangkah perlahan. Kemudian Andre dan
temannya segera pergi, dan Jess langsung menghampiriku yang berdiri tidak jauh
dari tempat Jess.
“Andre
berubah sekali sejak SD. Dia tampan sekarang.” Jess mulai becerita.
“Tadi
teman Andre?” tanyaku. Jess mengangguk.
“Ternyata,
mereka juga ada di kafe sewaktu kita janjian dua hari yang lalu. Temannya itu,
cowok yang kau bilang tampan.” Aku segera menatap Jess serius. “Maafkan aku,
aku tidak sempat menanyakan namanya.” Aku menghela napas panjang. Jess terlihat
bersalah tapi hanya sebentar. Kemudian segera bercerita lagi, panjang-lebar,
tentang Andre.
Sejak mengetahui cowok yang kutemui di kafe adalah
teman Andre yang merupakan teman Jess, aku terus meminta Jess untuk menanyakan
namanya. Tapi, Jess sendiri tidak pernah lagi bertemu Andre, bahkan dia lupa
menanyakan nomor ponsel cowok pujaan hatinya sekarang. Aku sendiri hanya bisa
menghela napas panjang, berusaha tidak kecewa. Namun aku berpikir, kalaupun aku
memang jodoh dengannya (Amin!) pasti aku akan bertemu lagi.
***
18 Juni 2010
Aku
bersekolah di sebuah yayasan, yang terbagi menjadi dua sekolah. Sekolah putri
dan putra. Aku dan Jess berada di sekolah putri. Hari ini adalah ulang tahun
yayasan sekolahku. Murid putra boleh masuk sekolah kami, begitu juga
sebaliknya. Tidak seperti hari biasa, yang melarang murid putra masuk sekolah
putri dan sebaliknya.
Acara
ulang tahun yayasan sekolah kami, seperti acara sekolah lainnya. Bazar, band, pentas seni, pertunjukan
ekstrakurikuler, penampilan kelas, dan sebagainya.
Aku
dan Jess sedang berkeliling di sekolah putra. Kami tidak menjadi panitia
apapun, tidak menampilkan apapun, tidak juga mendapat tugas membantu di kelas
kami. Dan kami senang karenanya, karena kami bukanlah orang yang mau repot. Aku
sedang menghampiri sebuah stand yang
menjual lukisan karya murid. Aku memang kolektor lukisan, walaupun aku bukan
pelukis. Aku menatap sebuah kanvas yang di atasnya ada tujuh warna pelangi,
dengan warna dasar biru muda bersih. Hanya itu. Aku sangat mengagumi lukisan
itu. Tidak ragu-ragu aku menanyakan harganya dan segera membelinya.
“Bagus
yaa??” tiba-tiba sebuah suara mengagetkanku. Aku segera mengangkat wajahku dari
lukisan dan menatap orang yang sudah berdiri di depanku.
Cowok
itu, cowok yang kutemui di kafe. Yang sepertinya pernah kutemui sebelumnya.
Yang merupakan teman Andre, teman Jess. Melihat wajahnya sedekat ini, membuat
jantungku berdegup dua kali, bahkan tiga kali lebih kencang dari biasanya. Aku sempat
menahan napas sedetik-dua detik. Aku dapat mencium aroma tubuhnya, sangat
wangi. Jarak kami bahkan tidak lebih dari dua meter. Satu meter mungkin.
Dia
tersenyum. “Hei...” aku tersentak kaget. “Lukisannya bagus yaa??” ulangnya. Aku
bergantian menatap cowok itu dan lukisan, kemudian tersenyum dan mengangguk.
“Kamu
pelukis?” tanyanya.
Aku
menatapnya, “Sayangnya bukan. Aku bukanlah seorang pelukis, tapi aku hanya
seorang kolektor lukisan.”
“Kalau
begitu, kau harus membeli lukisanku. Karena aku pelukis.” Dia tersenyum,
kemudian tertawa. Aku menatapnya, dan akhirnya tertawa.
Kemudian,
kami diam. Tak ada yang memulai pembicaraan. Tiba-tiba aku menangkap sosok Jess
sedang berjalan bersama Andre melihat semua stand
yang ada. Jess tersenyum bahagia, begitu juga Andre. Sepertinya mereka memulai
kisah yang baru.
“Hei,
sepertinya kita pernah bertemu,” kata cowok itu tiba-tiba. Aku menatapnya.
“Mm,
mungkin. Kau teman Andre, kan?” Cowok itu mengangguk. “Kata Jess, kita pernah
bertemu di kafe, tapi aku tidak melihat Andre.” Oke, kenapa aku bicara begitu?
Bukankah itu artinya aku mencari tahu tentang cowok itu? Aduuuuhh...
“Ya,
berarti kau cewek yang memperhatikanku dan ketika aku tersenyum kepadamu kau
hanya memberikan seringai.” Cowok itu tertawa kecil, sedangkan aku menahan
malu. “Tidak, maksudku, sebelum itu.” Nah kan?! Apa benar aku sudah pernah
bertemu cowok itu sebelum di kafe?
Cowok
itu tampak berpikir sebentar kemudian dia tersenyum. “Aku tau! Aku tau!” aku
menatapnya penasaran. “Kau... cewek yang menabrakku di acara museum waktu itu,
kan?” aku melongo. “Nah, tentu saja! Pantesan, rasanya wajahmu tidak asing
lagi.”
Benarkah
itu? Dia adalah cowok yang kutabrak di museum? Yang mengacak puncak kepalaku?
Dan, cowok yang kutemui di museum adalah cowok yang sama dengan yang kulihat di
kafe? Sepertinya memang begitu.
“Sepertinya
kau kaget.” Katanya. Aku menatapnya dan tertawa malu
“Ryan...”
cowok itu mengulurkan tangannya. Akhirnya aku tau namanya.
Aku
tersenyum dan menyambut uluran tangannya, “Debby...”
“Hm,
Debby, mau kutunjukkan lukisan buatanku? Mungkin kau tertarik dan berniat
membelinya...”
Aku
tertawa, tapi segera berkata, “Dengan senang hati..” dan menyusul Ryan yang
sudah berjalan mendahuluiku.
***
Selesai! Terima kasih telah membaca salah satu cerpenku. Ini merupakan cerita yang kubuat pada tahun 2010, dan aku sadar masih banyak kekurangan dalam segi penulisan, pengembangan karakter, latar, dan sebagainya, oleh karena itu, kritik dan sarannya sangat di tunggu :) Aku masih belum tahu judulnya apa ._. Ada ide? Terima kasih, sekali lagi :D
No comments:
Post a Comment